Tuesday, March 18, 2014

Nepotism

Nepotisme bukan hal yang bisa dengan leluasa saya omongkan di kantor. Kemungkinan pertama karena saya juga termasuk dalam kelompok ini, karena orang tua saya dulu bekerja di sini. Kedua, karena beberapa atasan yang pernah bekerja sama dengan saya, juga mempekerjaan kerabatnya di kantor ini.

Apa iya nepotisme itu hanya milik pegawai negeri? Tidak juga tuh! Beberapa teman yang bekerja di perusahaan swasta mengeluhkan kalau nepotisme di perusahaannya dapat dikatakan lebih 'parah' dibandingkan nepotisme di kantor pemerintah.

Apa iya nepotisme itu buruk? Tidak juga tuh! Tergantung orang yang bersangkutan.

Saya ingat pengalaman salah seorang bapak pimpinan sekretariat lembaga negara di Australia yang sangat profesional. Ia tidak memaksakan anaknya untuk mengikuti jejak dia. Tetapi ketika anak satu-satunya masuk ke kantornya, dengan seleksi yang ketat dan tidak menggunakan katebelece bapaknya, sang bapak sangat bangga. Tetapi pada gilirannya, setelah tiga tahun berjalan, sang anak yang merasakan bahwa bapaknya bisa jadi tidak akan dapat berlaku netral ketika ada keputusan yang diambil berkenaan dengan dirinya. Akhirnya sang anak, setelah memutuskan dengan masak-masak, keluar dari kantor bergengsi tersebut. It broke her father's heart, actually. Tapi sang bapak tidak mengatakan hal itu kepada anaknya, hanya kepada istrinya, dan di depan anaknya, sang bapak dengan sepenuh hati mendukung keputusan anaknya. Dalam hati ia juga menyadari, jika berada dalam kondisi seperti itu, dia akan sulit mengambil keputusan.

Diskusi dengan istri si bapak merupakan diskusi informal ketika saya sangat ingin mengetahui apa yang membuat kantor si bapak sangat disegani se dunia. Si bapak menjadi anggota kehormatan pejabat negara dengan profesi yang sama, hingga saat ini.

Balik ke kantor saya. Ada beban tersendiri ketika orang mengenal kita karena orang tua kita. Mungkin sama halnya dengan beban orang tua kita ketika orang mengenal anaknya. I am still trying my best to make my father proud. Kolega di kantor ada yang secara blak-blakan bilang 'kantor ini beruntung punya kamu yang dapat distir, karena ada orang tua kamu yang menjabat di sini' ketika semua orang berfikir, 'anak ini akan memanfaatkan posisi orang tuanya untuk kepentingan dia sendiri'. Well, bapak saya bukan pejabat tinggi di kantor ini, dan ketika beliau pensiun, waktu itu adalah setahun setelah saya bekerja di sini. Tidak pernah sedikit pun ada keinginan dan ada kemauan untuk memanfaatkan posisi orang tua saya untuk memajukan karir saya di kantor ini. Dan lagi, sebagai peneliti, maju mundurnya saya tergantung saya sendiri.

Sampai pada waktu ketika saya dapat beasiswa S2 ke Inggris. Orang yang sebelumnya saya anggap teman kuliah S1, menyebarkan ide ke teman-teman yang lain di luar kantor, bahwa saya mendapatkan beasiswa tersebut karena orang tua saya. The hell! Chevening terlalu agung untuk menerima saya jika tidak ada kualifikasi yang memadai yang secara pribadi saya punya. Walaupun kantor memberikan dukungan moril, secara materiil tidak sepeserpun saya menerima bantuan yang bukan hak saya. Gaji sebagai PNS hanya diterima gaji pokok. Semua tunjangan diberhentikan sementara. Ketika istri pejabat tertinggi di kantor ini yang kebetulan teman arisan (so ... ga penting) ibu saya mengatakan dengan sombong 'iya, anak ibu dapat beasiswa dari kantor' (so my mom should be greatful to her?!?) langsung saya katakan dengan yakin, 'bilang sama ibu itu, yang membiayai adalah pemerintah Inggris dan tidak ada sangkut pautnya sama kantor ini!' (in your face!).

Sepertinya saat ini saya tidak bisa berharap banyak dari mereka yang masuk ke kantor ini dengan rekomendasi orang tuanya yang pejabat. Secara pribadi saya tidak menganggap itu salah, karena rezeki setiap orang berbeda. Ada yang masuk kantor ini melalui tangan orang tuanya, pamannya, saudaranya yang lain, pokoknya semua tergantung amal perbuatan. Tetapi ketika sudah masuk ke lingkup kantor ini, alangkah baiknya jika yang dijunjung adalah profesionalisme. Seharusnya ga ada tuh kalimat 'nanti aku tanya ke bapak', 'belum tau aja kalau gue aduin ke ibu', atau kebocoran becanda di kantor dalam suasana santai yang terdengar 'copy paste' langsung seperti menyerang salah satu individu. 

Kantor itu bukan rumah.
Kelolalah kantor dengan cara profesional!
Pisahkan urusan kantor dengan urusan rumah.
Boleh anda berasal dari rumah yang sama, tetapi jangan campur-adukkan urusan bagian anda dengan bagian orang tua anda dengan semena-mena.

Lebih menyenangkan jika orang tua mendengar prestasi kita di kantor karena usaha kita sendiri dan bukan karena intervensi mereka. Make them proud! Kita hanya punya kesempatan satu umur hidup aja untuk membuat mereka bangga dengan kerja keras kita.

No comments: