Thursday, November 10, 2005

naik kereta api

Tadi naik kereta dari stasiun Palmerah ke stasiun Sudimara. Biayanya hanya Rp 1500 dan menempuh perjalanan lebih kurang setengah jam. Seru banget! Seperti telah diperkirakan, pastilah aku sama Ce’ Kokom nggak mungkin duduk. Jadi sepanjang perjalanan kita berdiri aja. Mungkin keliatan celingak-celinguknya, jadi ada bapak baik hati yang ngasih ruang agak lowong di deket jendela. Udah PW (posisi wuenak) banget nyender dan lumayan ... AC (Angin Cepoi-cepoi) gratisan. Nggak kalah sama G-NER atau Virgin di UK yang punya pemanas kalau lagi musim dingin. Ini gara-gara jendelanya udah pada nggak ada di posisi masing-masing. Nggak ngerti juga kenapa. Tapi lumayan enak lah untuk mereka yang deket jendela. Kalau pintu keluar penuh, mereka tinggal loncat lewat jendela aja ... he he he. Mayoritas kursi udah nggak ada. Jadi berbahagialah yang duduk, karena sudah merasakan fasilitas “mewah” transportasi masal ini.

Ternyata posisi yang menurut aku udah PW, masih ada penumpang yang bisa memanfaatkan kondisi yang penuh tantangan ini. Ada dua ibu, yang begitu mereka masuk, langsung ngambil posisi duduk dengan sebelumnya menempatkan bungkusan plastik di lantai gerbong. Keduanya duduk pas di posisi kaki kita berdua, dan langsung menantikan penjual makanan untuk makan siang. Takjub aku ngeliatnya ... hidup kaya’nya indah banget. Mau duduk tinggal duduk, mau makan tinggal nunggu, dan itu penjual makanan bakalan datang dengan sendirinya, mau menu apa, tinggal pilih karena memang banyak pilihannya, mau minum jenis apa, ada aja yang bolak balik. Apa coba yang aku keluhkan!

Begitu naik, sudah berseliweran banyak pedagang. Aku sebenernya lagi nyari tato-tato-an, tapi ternyata nggak ada yang ngejual. Beragam juga barang yang dijual. Mulai dari alat tulis, gunting kuku, gunting beneran, cutter, batu baterei, lampu, alat cukur, cotton bud, aksesoris rambut, lem, tas, sapu tangan handuk, buah-buahan yang bisa langsung dicobain, minuman sachet yang langsung bisa diminum karena yang jual bawa termos air, es batu -ini mungkin untuk jual minuman sachet yang dingin-, makanan siap saji kaya’ di warung -jadi satu bakul isinya macem-macem dari telor ceplok, tempe goreng, tahu goreng, ikan, ayam, sayur, sambalnya, sendok, nasi bungkus, semua lengkap-. Kata Yumi seh, mereka yang jualan makanan ini naiknya dari stasiun Kebayoran Lama dan sering disebut “pasukan bodrek” - ngalahin WTS (wartawan tanpa surat kabar) he he he.

Sebenernya pengen beli gunting karena di ruangan satu guntingku udah melarikan diri. Diteriakinnya seh 2000-an. Tapi kata Ce’ Kokom tawar aja 1000. Pokoknya berapapun harga yang ditawarkan, harus berani nawar separuhnya. Soalnya kualitasnya patut diragukan. Untung nggak jadi beli, karena kabarnya gunting itu hanya bertahan dua hari, terus udah deh ... tumpul.

No comments: