Cerita
tentang pertemanan selalu menarik. Terlebih jika kita melihat pertemanan
anak-anak kita. Teman E yang jadi guru di suatu sekolah cerita kalau muridnya
si F menabung dari uang sakunya agar murid G –yang kurang mampu– bisa ikutan
acara studi wisata ke luar negeri (dinamika ngajar di sekolah swasta tempat
orang kaya) di akhir tahun. Kemudian ada Kamryn Renfro murid SD usia 9 tahun di
Colorado yang membotaki kepalanya sebagai bentuk dukungan terhadap temannya
yang kanker. Itu emas banget! Memang orang bisa menilai kita dari teman yang
kita miliki. Jadi, hati-hati milih teman ya …
Usut punya usut, memang ada banyak tipe teman.
Teman yang lebih asyik
Dia ini tipenya tau aja semua hal yang baru. Tempat bertanya untuk jorgan-jorgan yang baru muncul di luar sana. Bukan katak dalam tempurung. Ngerti istilah kepo, cabe-cabean, terong-terongan, dan bisa ngejelasin ke orang lain dengan benar tentang asal istilah tersebut, maknanya, dan konteks yang paling tepat untuk menggunakannya. Semacam ensiklopedi gaul berjalan. Bertemanlah dengan mereka dalam upaya membuka diri.
Teman yang gampang diminta ngapain aja
Bukan dalam konotasi negatif. Dia orangnya memang sibuk, tetapi walaupun sibuk dia ga bikin kita terus-terusan ngejadwal ulang kegiatan. Begitu kita lagi suntuk, ditelepon aja dia langsung ngusulin break sebentar untuk jalan atau makan atau minum. Agak mewah juga punya teman kaya’ gini. Dia lebih suka ngomong tatap muka daripada chatting atau telpon-telponan. Biasanya juga yang spontan kaya’ gini ga akan terlalu sakit hati kalau tau-tau bos minta kita tinggal di ruangan padahal udah ada janji sama dia.
Teman yang menginspirasi
Sebaiknya memang kita dikelilingi teman-teman yang menginspirasi. Menginspirasi untuk menjadi lebih baik dan mendorong kita untuk menjadi lebih baik juga. Dia nggak bikin down dengan kalimatnya yang menjatuhkan, tetapi secara taktis memotivasi agar kita menjadi lebih baik. Ada aja kalimat yang baik yang dia ucapkan kalau ketemu kita. Sangat berlawanan dengan teman yang kerjanya ngeluh ga tentu dan status-statusnya bikin down. Ayo lah! Hidup ga susah-susah amat dan hanya sekali aja. Nikmati secara maksimal! Live life to the fullest!
Teman yang bukan teman dari teman-teman kita
Memang menyenangkan kalau temannya teman menjadi teman kita sendiri. Tapi kadang perlu juga teman yang ga kenal dekat dengan teman-teman kita yang lain, karena biasanya dia lebih objektif dalam menilai atau memberikan masukan kalau ada masalah. Seorang teman yang pejabat pernah cerita kalau dia punya teman yang kaya’ begini, jadi kalau si teman ini nelepon atau dia yang nelepon temannya, itu udah SOS banget keadaannya. Tapi ada kalanya memang mereka saling telpon-telponan untuk nanya kabar aja.
Teman yang jujur kacang ijo :)
Ada dulu teman di kampus yang kaya’ gini. Biasalah, jaman suka minta testimoni sebelum ada friendster. Refreshing ngebaca apa pendapat teman tentang kita dan yang satu ini bluntly honest. Saya kira saya nggak akan bisa nerima masukan dari dia pas dia ngomong. Ternyata, bisa tuh. Kaya’nya model yang kaya’ gini banyak ditemui di kalangan laki-laki. Seorang teman yang lain bisa dengan beraninya negor koleganya di ruangan yang punya masalah dengan foot odor.
Teman yang usaha banget jadi teman
Nggak ada yang negatif dari teman kaya’ gini. Mungkin agak ngeganggu aja kalau ‘usaha’nya ada kaitannya dengan MLM (pengalaman banget!). Jadi teman kaya’ gini nggak lupa nelepon kita, sms, atau menghubungi dalam bentuk apa pun agar tali silaturahmi ga putus. Biasanya dia adalah orang yang menghubungi teman-teman yang lain kalau ada acara reuni. Saya sangat menghormati undangan dari teman yang kaya’ gini, dan biasanya usaha banget juga untuk datang.
Teman yang seneng kalau kita seneng
Susah nih jadi teman yang kaya’ gini. Tapi kalau punya teman kaya’ gini, treasure dia. Udah ketemu dengan yang kaya’ gini dan masih dianggap teman sama dia :D. Antusias banget denger cerita saya ikut program yang mana aja. Selalu berpikiran positif dengan upaya yang saya lakukan.
Teman sejati
Kaya’nya saya ga perlu ngejelasin maksud dari teman sejati ini. Banyak lah quotes mengenai teman sejati ini. Dan biasanya pengalaman saya dengan orang lain akan berbeda. Selamat berteman dengan teman sejati ini.
Usut punya usut, memang ada banyak tipe teman.
Teman yang lebih asyik
Dia ini tipenya tau aja semua hal yang baru. Tempat bertanya untuk jorgan-jorgan yang baru muncul di luar sana. Bukan katak dalam tempurung. Ngerti istilah kepo, cabe-cabean, terong-terongan, dan bisa ngejelasin ke orang lain dengan benar tentang asal istilah tersebut, maknanya, dan konteks yang paling tepat untuk menggunakannya. Semacam ensiklopedi gaul berjalan. Bertemanlah dengan mereka dalam upaya membuka diri.
Teman yang gampang diminta ngapain aja
Bukan dalam konotasi negatif. Dia orangnya memang sibuk, tetapi walaupun sibuk dia ga bikin kita terus-terusan ngejadwal ulang kegiatan. Begitu kita lagi suntuk, ditelepon aja dia langsung ngusulin break sebentar untuk jalan atau makan atau minum. Agak mewah juga punya teman kaya’ gini. Dia lebih suka ngomong tatap muka daripada chatting atau telpon-telponan. Biasanya juga yang spontan kaya’ gini ga akan terlalu sakit hati kalau tau-tau bos minta kita tinggal di ruangan padahal udah ada janji sama dia.
Teman yang menginspirasi
Sebaiknya memang kita dikelilingi teman-teman yang menginspirasi. Menginspirasi untuk menjadi lebih baik dan mendorong kita untuk menjadi lebih baik juga. Dia nggak bikin down dengan kalimatnya yang menjatuhkan, tetapi secara taktis memotivasi agar kita menjadi lebih baik. Ada aja kalimat yang baik yang dia ucapkan kalau ketemu kita. Sangat berlawanan dengan teman yang kerjanya ngeluh ga tentu dan status-statusnya bikin down. Ayo lah! Hidup ga susah-susah amat dan hanya sekali aja. Nikmati secara maksimal! Live life to the fullest!
Teman yang bukan teman dari teman-teman kita
Memang menyenangkan kalau temannya teman menjadi teman kita sendiri. Tapi kadang perlu juga teman yang ga kenal dekat dengan teman-teman kita yang lain, karena biasanya dia lebih objektif dalam menilai atau memberikan masukan kalau ada masalah. Seorang teman yang pejabat pernah cerita kalau dia punya teman yang kaya’ begini, jadi kalau si teman ini nelepon atau dia yang nelepon temannya, itu udah SOS banget keadaannya. Tapi ada kalanya memang mereka saling telpon-telponan untuk nanya kabar aja.
Teman yang jujur kacang ijo :)
Ada dulu teman di kampus yang kaya’ gini. Biasalah, jaman suka minta testimoni sebelum ada friendster. Refreshing ngebaca apa pendapat teman tentang kita dan yang satu ini bluntly honest. Saya kira saya nggak akan bisa nerima masukan dari dia pas dia ngomong. Ternyata, bisa tuh. Kaya’nya model yang kaya’ gini banyak ditemui di kalangan laki-laki. Seorang teman yang lain bisa dengan beraninya negor koleganya di ruangan yang punya masalah dengan foot odor.
Teman yang usaha banget jadi teman
Nggak ada yang negatif dari teman kaya’ gini. Mungkin agak ngeganggu aja kalau ‘usaha’nya ada kaitannya dengan MLM (pengalaman banget!). Jadi teman kaya’ gini nggak lupa nelepon kita, sms, atau menghubungi dalam bentuk apa pun agar tali silaturahmi ga putus. Biasanya dia adalah orang yang menghubungi teman-teman yang lain kalau ada acara reuni. Saya sangat menghormati undangan dari teman yang kaya’ gini, dan biasanya usaha banget juga untuk datang.
Teman yang seneng kalau kita seneng
Susah nih jadi teman yang kaya’ gini. Tapi kalau punya teman kaya’ gini, treasure dia. Udah ketemu dengan yang kaya’ gini dan masih dianggap teman sama dia :D. Antusias banget denger cerita saya ikut program yang mana aja. Selalu berpikiran positif dengan upaya yang saya lakukan.
Teman sejati
Kaya’nya saya ga perlu ngejelasin maksud dari teman sejati ini. Banyak lah quotes mengenai teman sejati ini. Dan biasanya pengalaman saya dengan orang lain akan berbeda. Selamat berteman dengan teman sejati ini.
No comments:
Post a Comment