Wednesday, July 22, 2015

mobile banking

Hari ini baca artikel mengenai mobile banking di Indonesia yang diterbitkan oleh Wall Street Journal dengan judul 'Do You Use Mobile Banking Services? Test Your Knowledge on How Indonesians Use It'
Dalam artikelnya ditulis kalau Most Indonesians have mobile phones, but few use them for financial services. Do you know why? 

1. Indonesia is a cash economy, where paper money dominates transactions. many people still don’t understand the value of mobile banking.
Inget kemarin, menjelang lebaran?!? Yang dicari orang itu adalah antrian uang kertas baru untuk dibagikan ke anak-anak atau kerabat. Sampe ada yang menyatakan kalau nukar uang di inang-inang itu HARAM.

2. Bank Mandiri, one of Indonesia’s largest banks by assets, has a customer base of 13 million. Bank Mandiri says it will be able to reach 50 million new customers by aiming towards a range of people just now learning about financial services.
Dalam dua bulan terakhir ini, ada dua kolega di kantor yang apply untuk kartu kredit dan bingung cara bayar tagihannya.
3. Nearly 40% of the population in Indonesia lives on $2 a day, making them vulnerable to slipping above and below Indonesia’s official poverty line.
Ini saya agak pusing ngasih contohnya. Tapi mungkin cocok untuk pelaksanaan JKN saat ini. BPJS Kesehatan itu kerepotan untuk autodebet rekening peserta, karena pas mau didebet, ga ada isinya. Terang aja, pas buka rekening mereka pinjam sana pinjam sini. Dan ada TKSK yang merelakan rekeningnya menjadi tempat transit uang-uang penduduk yang perlu membayar iuran BPJS Kesehatan.

4. Roughly 60% of Indonesia’s 250 million people are unbanked.
Mungkin banget. Beberapa saudara masih merasa perlu dateng ke rumah untuk minta bantuan, padahal kita udah bantu lewat transfer ke pihak ketiga dsb. On contrary, di kantor, beberapa teman punya rekening lebih dari satu dengan berbagai alasan. Rekeningnya rekening rupiah ya ... bukan rekening mata uang lain. Artinya, walaupun rekening yang terdaftar di bank itu banyak, yang punya rekening ya dia dia juga.

5. More than 60% of Indonesians have a mobile phone and 75% have access to one, but only 3% are aware of the concept of mobile money. 
Bayangin ... cuma tiga persen! Walhasil, kalau lagi ke daerah, ada aja kolega yang minta transferin antar-rekening dan antar-bank uang ke anak, simpanan, orang tua via mobile banking karena ga keliatan ATM di dekat hotel. Ada aja kolega yang nyari ATM untuk isi pulsa padahal bisa dari SMS-Banking. Ada aja kolega yang nunggu ketemu untuk dibayar cash padahal bisa transfer dan ga makan waktu (nunggu) dan tenaga (perjalanan jauh).

Tapi sayangnya, masih ada beberapa hal yang harus pake' uang cash untuk alasan prosedural. Contohnya:

- bayar nara sumber. Mana ada yang mau dijanjiin, nanti ditransfer ya, Pak/Bu;
- ngasih tips. Ya iyalah ... masa' nanya nomor rekening si porter;
- bayar angkot. Tapi udah ada gebrakan siy. Kalau naik Trans Jakarta pake'nya e-money. Dan kartu e-moneynya bisa dipake' untuk tollway, commuter line, dan belanja di minimart;

Saya pengguna mobile banking. Terasa banget pas sering bolak-balik ke rumah lewat tol. Sekarang saya udah punya beberapa e-money dan kalau naik taksi juga bayar tolnya pake' e-money. Lebih cepat! Tapi ga semua supir taksi ngerti cara pake' e-money. Sekalian ngajarin mereka lah kalau baru pertama kali pake.

No comments: