Seringnya kalau ke Lombok itu, perginya ke Gili or Senggigi. Kali ini, berputar-putar di Kota Mataram aja. Banyak yang belum sempat dilihat juga sebenernya.
Museum Negeri Nusa Tenggara Barat
Museum ini ada di Jl. Panji Tilar Negara No. 6 di daerah Ampenan. Hari Senin tutup, waktu buka untuk Selasa s.d. Kamis dari pukul 08:00-14:00 WITA. Jumat dari pukul 08:00-11.00 WITA, dan Sabtu dari pukul 08.00 s.d. 12.30 WITA. Tadi kena biaya masuk IDR2K saja. Tapi memang ga ada Tiket Masuk yang dikasih ke saya. Mungkin resminya bisa lebih mahal (ga mungkin lebih murah, lah. Mau IDR1K? Ada tour guide-nya. Bebas lah ngasih tips ke dia berapa. Tapi seperti Elga bilang, kalau ngasih IDR20K aja, cukup lah untuk tour guide.
|
Pintu Masuk Museum Negeri Nusa Tenggara Barat. |
|
Ada wayangnya juga loh! |
Pantai Ampenan
Bekas pelabuhan ini sekarang diubah menjadi tempat tujuan wisata pantai. Pemerintah Kota sudah mempersiapkan kios-kios untuk pedagang berjualan. Di sebelah kanan jika kita menghadap ke pantai, ada signage besar yang kaya'nya biar kita ga lupa kalau nama pantai itu Ampenan. Ga gede-gede aja siy, tapi cukup lah jadi penanda. Pelabuhan ini dikelilingi oleh wilayah perkampungan yang beragam. Tapi intinya toea. Ga ada biaya masuk. Tapi kasih lah tukang parkirnya sedikit rezeki. Dan ada First Colonial Bank Building. Lagi dijual sama yang punya. Semoga Pemerintah Kotanya ada uang untuk membeli bangunan bersejarah ini. Sayang kalau dialihfungsikan jadi cottage.
|
Pintu Gerbang Pantai Ampenan. |
|
First Colonial Bank Building. |
|
Need I say more? |
Taman Narmada
Taman air yang merupakan replika Gunung Rinjani dan
danau Segara Anak. Taman ini termasuk salah satu tempat yang
dikeramatkan oleh masyarakat Lombok, dibangun oleh Raja Anak
Agung Gde Ngurah Karang Asem pada tahun 1727. Tujuannya agar dapat
berziarah dan beribadah tanpa harus berjalan ke Puncak Gunung Rinjani. Kalau ada beribadah, artinya ada pura ya, dengan nama Pura Agung Narmada. HTM-nya IDR6K, dan parkir mobil IDR3K. Tapi ini kenapa guide-nya cepet banget ya ngomongnya.
|
Kolamnya. Hya iya laaah ... |
|
Pura Kelasa, di komplek Narmada. |
Pura Meru
Pura Meru didirikan oleh pangeran Bali Anak Agung Made Karang pada tahun 1720. Memang merupakan salah satu pura tertua di Lombok, tapiii pura ini tidak ada kolamnya. Ada guide-nya, tapi ini optional aja. Yang ada diminta uang masuk IDR10K dengan alasan sedang pembangunan dan dipinjami ikat pinggang/selendang warna hijau. Memang siy, di dalam ada yang lagi disemen. Tapi pas saya ke sana, abang tukangnya ga ada semua. Semoga bukan semacam props.
|
Tampak depan. Ada tulisannya sebenernya. |
|
Pura di dalam. Udah gitu aja. Dikunci semua pintu ke samping kanannya kalau menghadap pura. |
Pura Lingsar
Lokasinya di Desa Lingsar, Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok
Barat. Enak ya ngingatnya. Coba kalau namanya Desanya Z, terus nama puranya A. Pusing kan bikin jembatan keledainya. Jangan tertukar dengan Puri Lingsar. Itu mah penginapan! Pura ini adalah pura terbesar di Lombok. Dibangun sejak 1741 oleh
Raja Anak Agung Ketut Karangasem dan dianggap pura yang paling suci di
Lombok. Uniknya, pura ini gabungan antara niali-nilai agama Hindu dan
Islam Wetu Telu. Latar belakang inilah yang menjadi daya tarik utama
Pura Lingsar. Oleh karenanya kawasan pura ini terbagi menjadi dua. Di
bagian utara terdapat pura Hindu bernama Gaduh, sedangkan di bagian
selatan berdiri pura Weku Telu bernama Kemaliq.
|
Ini bukan Pura-nya. Ini pintu masuk ke Pura. |
| |
Kaya'nya pura yang besar pasti ada kolamnya. |
Taman Mayura
Dalam bahasa Sansekerta, Mayura berarti
burung Merak. Taman yang dibangun oleh Anak Agung Ngurah Karangasem pada
1744 ini pada awalnya bernama Taman Kalepug yang berarti suara jatuhnya
air di telaga (rada ga kreatif). Seberang-seberangan sama Pura Meru. Nama berganti menjadi Mayura karena pada kala itu
banyak ular di kawasan taman ini. Untuk mengusir ular, didatangkanlah
burung Merak dari Palembang untuk memangsanya. Sejak itulah Taman
Kalepug berganti nama menjadi Mayura. Katanya kalau berkunjung ke sini, harus menggunakan selendang kecil panjang warna merah. Mungkin supaya yang dari Pura Meru ga ngaku-ngaku udah bayar makanya warnanya merah ya? Tapi waktu saya ke sini, saya ga disuruh pake' tuh. Hanya dikenai HTM IDR5K. Puas jalan sendiri ke kiri ke kanan, dan ada yang mau ngadain resepsi nikahan di Pura ini. Baru nge-set lokasinya, belum jadi juga. Jadi ga tau akan bagus atau nggak itu dekorasi resepsi. Tapiii mengingat sebelahnya kolam besar, ada kemungkinan nyamuk berpesta pora ya.
|
Bagian dalam. Jadi kudu ngelewatin pintu gerbang kecil lagi. |
|
Ini nih, yang mungkin bakalan bikin rame sama nyamuk. |
No comments:
Post a Comment